BAB I
PENDAHULUAN
Hampir semua wanita mengalami gangguan kesehatan pada saat menstruasi, baik gangguan ringan maupun yang sangat berat. Serius tidaknya gangguan tersebut tergantung pada kondisi tubuh setiap orang.
Ada berbagai jenis gangguan menstruasi baik akibat kelainan siklus, banyaknya perdarahan dan lamanya perdarahan. Kalau ada perdarahan berarti ada luka,fisiologisnya darah tersebut adalah menstruasi sebaliknya akan diduga patologis jika perdarahan tersebut diluar haid/menstruasi atau disebut metrorrhagi.
Untuk mempelajari kelainan siklus dan banyaknya perdarahan ada pegangan:
I. Siklus ditentukan oleh hormun-hormon ovarium, hypofise dan hypothalamus.
II. Lamanya dan banyaknya perdarahan terutama ditentukan oleh keadaan lokal.
Adapun Gangguan yang berhubungan dengan menstruasi seperti; premenstrual tension ( ketengangan prahaid),mittleschmerz( rasa nyeri pada ovulasi), dismenore. Serta Perdarahan uterus abnormal karena berbagai sebab; 1. Gangguan siklus : sering (polimenore), jarang(oligomenore),tidak teratur,tidak haid (amenore). 2. Gangguan perdarahan : sedikit (hipomenore), banyak (hipermenore)terlalu lama (menorragia). 3. Perdarahan di luar haid yang disebut metroragia.
BAB II
HAID DAN SIKLUSNYA
A. KLINIK HAID
Haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari otsium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung + 1 hari. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklus tidak terlalu sama. Panjang siklus haid dipengaruhi usia seseorang. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari. Jadi, sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai. Dari pengamatan Hartman pada kera ternyata bahwa hanya 20% saja panjang siklus haid 28 hari. Panjang siklus yang biasa pada manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18 – 42 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulator). Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap.
Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 + 16 cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Pada wanita dengan anemia defisiensi besi jumlah darahnya haidnya juga lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc dianggap patologik. Darah haid tidak membeku; ini mungkin disebabkan fibrinolisin.
Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala-gejala pada waktu haid, tetapi sebagian kecil merasa berat di panggul atau merasa nyeri (dismenorea). Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Semmelweiss menyatakan bahwa 100 tahun yang lampau usia gadis-gadis Vienna pada waktu menarche berkisar antara 15 – 19 tahun. Menurut Brown menurunnya usia waktu menarche itu sekarang disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang membaik, dan berkurangnya penyakit menahun. Menarche terjadi di tengah-tengah masa pubertas, wanita memasuki masa reproduksi, yaitu masa di mana ia dapat memperoleh keturunan. Masa reproduksi ini berlangsung 30 – 40 tahun dan berakhir pada masa mati haid atau baki (menopause).
B. ASPEK ENDOKRIN DALAM SIKLUS HAID
Sekarang diketahui bahwa dalam proses ovulasi harus ada kerjasama antara korteks serebri, hipotalamus, hipofisis, ovarium, glandula tiroidea, glandula suprarenalis, dan kelenjar-kelenjar endokrin lainnya. Yang memegang peranan penting dalam proses tersebut ialah hubungan hipotalamus, hipofisis dan ovarium (hyphotalamic-pituitary-ovarian axis). Menurut teori neurohumoral yang dianut sekarang, hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin adennohipofisis melalui sekresi neurohormon yang disalurkan ke sel-sel adenohipofisis lewat sirkulasi portal yang khusus. Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat diisolasi dan disebut Gonadotropin Releasing Hormone Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis. Apakah hipotalamus menghasilkan FSH-Releasing Hormone (FSH-RH) yang terpisah dari LH-Releasing Hormone (LH-RH) belum lagi pasti karena FSH-RH belum dapat diisolasi. Releasing Hormone (RH) disebut juga Releasing Factor.
C. PERUBAHAN HISTOLOGIK PADA ENDOMETRIUM DALAM SIKLUS HAID
Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendiri uterus mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid, yaitu :
1. Fase menstruasi atau deskuamasi
Dalam fase endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.
2. Fase pasca haid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium + 0,5 mm. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi berlangsung + 4 hari.
3. Fase intermenstruum atau fase proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal + 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-4 dari siklus haid. Fase profilerasi dapat dibagi atau 3 subfase, yaitu :
1) Fase proliferasi dini (early proliferation phase);
2) Fase proliferasi madya (midproliferation phase)
3) Fase proliferasi akhir (late proliferation phase)
Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar-kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi; sel-sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan suasana fase menstruasi di mana terlihat perubahan-perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel-selnya berbentuk bintang dan dengan tonjolan-tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma besar sebab sitoplasma relatif sedikit.
Fase proliferasi madya
Fase ini berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Kelenjar-kelenjar keluk dan bervariasi. Sejumlah stroma mengalami edema. Tampak banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang (nake nucleus).
Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat.
4. Fase prahaid atau fase sekresi
Fase ini sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan mengeluarkan getah, yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium menerima telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi atas: 1) fase sekresi dini; dan 2) fase sekresi lanjut.
a. Fase sekresi dini
Dalam fase ini endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya karena kehilangan cairan. Pada saat ini dapat dibedakan beberapa lapisan, yakni :
a) stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang berbatasan dengan lapisan miometrium; lapisan ini tidak aktif, kecuali mitosis pada kelenjar.
b) stratum spengiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti spons. Ini disebabkan oleh banyaknya kelenjar yang melebar dan berkeluk-keluk dan hanya sedikit stroma diantaranya.
c) stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran-saluran kelenjar sempit, lumennya berisi sekret, dan stromanya edema.
b. Fase sekresi lanjut
Endometrium dalam fase ini tebalnya 5 – 6 mm. Dalam fase ini terdapat peningkatan dari fase sekresi dini, dengan endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah yang berkeluk-keluk dan kaya dengan glikolagen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum. Sitoplasma sel-sel stroma bertambah. Sel stroma menjadi sel desidua jika terjadi kehamilan.
Sebagai kesimpulan, untuk dating endometrium pada minggu pertama fase sekresi, perlu dikenali perubahan-perubahan yang terjadi pada kelenjar-kelenjar, berupa :
1. Mitosis yang menunjukkan proliferasi aktif dan mungkin dijumpai sejak hari ke-3 sampai hari ke-16 atau ke-17.
2. Pseudostratifikasi inti-inti kelenjar yang dimulai dari fase post-menstruum, dan menghilang pada hari ke-17.
3. Vakuola basal subnukleus, yaitu tanda-tanda dini setelah adanya ovulasi yang terdapat pada endometrium. Biasanya vakuola basal terlihat antara hari ke-15 dan ke-19 dan glikogen mulai dilepaskan ke dalam lumen pada hari ke-19 atau ke-20. Susunan inti yang khas di atas vukuola sangat jelas terlihat pada hari ke-17 dan merupakan bukti yang kuat bahwa ovulasi baru terjadi.
4. sekresi, terlihat dari hari ke-18 sampai hari ke-22 dengan adanya bahan-bahan sekresi dalam lumen.
Pada minggu kedua fase sekresi perlu dikenal perubahan-perubahan pada stroma, berupa :
1. Edema yang jelas terlihat antara hari ke-22 dan ke-23 mungkin sebagai usaha endometrium mengurangi halangan terhadap implantasi.
2. Reaksi pradesidua yang terlihat pada hari ke-23 dan ke-24 sekitar arteriola, mungkin sebagai pelindung agar pembuluh darah tidak pecah dan sebagai penunjang untuk pembentukan darah baru jika kehamilan terjadi.
3. Mitosis dan infiltrasi leukosit polinuklear.
D. MEKANISME HAID
Hormon steroid estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan endometrium. Di bawah pengaruh estrogen endometrium memasuki fase proliferasi; sesudah ovulasi, endometrium memasuki fase sekresi. Dengan menurunnya kadar estrogen dan progesteron pada akhir siklus haid, terjadi regresi endometrium yang kemudian diiikuti oleh perdarahan yang terkenal dengan nama haid.
Mekanisme haid belum diketahui seluruhnya, akan tetapi sudah dikenal beberapa faktor yang, kecuali faktor hormonal, memegang peranan dalam hal ini. Yang penting ialah :
Faktor-faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikolagen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut serta dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, dengan akibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian, lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum, apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan terjadi, maka dengan menurunnya kadar progestoren, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, dan merusakkan bagian dari sel-sel yang berperan dalam sintesis protein. Karena itu, timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
Faktor-faktor vaskular
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem valkularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteria-arteria, vena-vena hubungan antaranya, seperti digambarkan di atas.
Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosisi dan perdarahan dengan pembentukan hematom, baik dari arteri maupun dari vena.
Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak protaglandin E2 dan F2. Dengan desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.
OVULASI, INDUKSI DAN PENCEGAHAN
Diklinik terdapat banyak cara untuk memantau adanya ovulasi, tetapi umumnya, cara-cara itu tidak langsung. Salah satu bukti bawha pasti telah terjadi ovulasi ialah jika terjadi kehamilan pada siklus bersangkutan. Pemeriksaan-pemeriksaan untuk mengetahui adanya ovulasi tersebut ialah :
1. Pencatatan suhu basal badan (SBB)
2. Pemeriksaan sitohormonal vaginal secara serial
3. Penilaian getah serviks
4. Biopsi endometrium
5. Pemeriksaan hormonal
6. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) folikel
Induksi ovulasi
Mungkin tidak ada wanita yang mengalami ovulasi pada setiap siklus haid walaupun pada usia paling subur sekalipun. Hal ini dapat dipastikan dari pengamatan Hartman pada kera betina yang sehat dan subur. Penyelidikan menunjukkan bahwa pada wanita dengan keluhan infertilitas terdapat 3-9 kali lebih sering siklus anovulator daripada wanita dengan keluhan infertilitas normal.
Dahulu disangka bahwa orgasmus pada waktu koitus dapat merangsang terjadinya ovulasi pada wanita. Ternyata hal ini hanya terdapat pada binatang-binatang tertentu.
Induksi ovulasi dilakukan umumnya pada wanita menginginkan anak, sedangkan siklus-siklusnya anovulatoar. Oleh karena tidak adanya ovulasi itu berkaitan dengan banyak faktor, maka hasil pengobatannya tidak selalu memuaskan. Usaha untuk ovulasi dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu umum, spesifik terhadap penyakit tertentu, dan pemberian obat-obatan yang merangsang ovulasi.
Keadaan umum penderita, baik mengenai keadaan gizinya dan kesehatan umumnya maupun kejiwaannya, harus diperbaiki untuk terjadinya ovulasi. Pemberian obat-obatan yang memicu ovulasi telah dilaporkan oleh Gemzel dkk dengan mempergunakan hormon gonadotropin hipofisis (human pituary gonadotropin, hPG).
Keberhasilan induksi ovulasi ini, disusul dengan keberhasilan Lunenfeld dkk dengan mempergunakan hormon gonadotropin dari ekstrak urin wanita menopause (human menopausal gonadotropin, hMG) yang kaya hormon FSH dan LH. Pada tahun 1961 Greenblatt dkk, berhasil pula memicu ovulasi dengan mempergunakan klomifen strat (MRH-41), disusul Gemzel dan Ross yang berhasil dengan mempergunakan suplemen hormon khorionik gonadotropin (human chorionic gonadotropin, hCG). Dewasa ini induksi ovulasi telah dapat dilakukan secara rasional dan efektif dengan berkembangnya teknik-teknik pemeriksaan hormonal.
Pada hiperprolaktinemia, maka pengobatan dengan bromokriptin dapat memberikan hasil yang memuaskan. Akhir-akhir ini telah pula digunakan hormon pelepas gonadotropin (gonadotropin releasing hormone, Gn RH) untuk induksi ovulasi. Pengobatan induksi ovulasi masa kini bukan saja bermanfaat untuk wanita interfil oleh faktor anovulator, tetapi amat diperlukan pada penanganan kasus-kasus infertilitas secara fertilisasi in vitro. Pembahasan ini lebih lengkap mengenai induksi ovulasi ini dapat dilihat pada Bab Infertilitas.
Pencegahan ovulasi
Pada tahun 1940 Sturgis dan Albright melaporkan bahwa suntikan estrogen dapat mencegah ovulasi. Penemuan ini menjadi dasar kontrasepsi dengan pil oral. Walaupun akhirnya diketahui bahwa estrogen, androgen, dan progesteron klinik terhalang oleh karena hormon-hormon alamiah tidak efektif jika diberikan per os, dan juga menunjukkan efek-efek sampingan.
BAB III
GANGGUAN MENSTRUASI DAN PERDARAHAN
Siklus perdarahan haid / menstruasi lamanya lebih dari 2-6 hari. Pada siklus 28 hari, hari hari ke-5 sampai 14 hari adalah fase folikular atau proliferasi yang dimulai setelah perdarahan berakhir dan berlangsung sampai saat ovulasi. Fase ini berguna untuk menumbuhkan endometrium agar siap menerima ovum yang telah dibuahio. Pada fase ini ovarium terjadi pematangan folikel akibat pengaruh FSH. Folikel ini akanmenghasilkan estradiol dalam jumlah banyak. Pembentukan estradiol terus menigkat sampai kira-kira hari ke-13.
Puncak sekresi LH akan memacu terjadinya ovulasi pada hari ke-14. pengaruh progesteron terhadap endometrium paling terlihat pada hari ke-22, yaitu saat nidasi seharusnya terjadi.
Bila tidak terjadi nidasi, estradiol dan progesteron akan menghambat FSH dan LH sehingga korpus luteum tidak dapat berkembang lagi. Akibat pengaruh estradiol dan progesteron akan terjadi penyempitan pembuluh darah endometrium yang berlanjut dengan iskemia. Dengan demikian, endometrium akan terlepas dan timbul perdarahan.
GANGGUAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENSTRUASI
o PERMENTRUAL TENSION ( KETEGANGAN PRAHAID )
Definisi
Ketegangan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya dimulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.
Etiologi
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah
· ketidakseimbangan estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal. Pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi progesteron.
· Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial dll, juga memegang peranan penting. Yang lebih muda menderita tegangan haid adaalh wanita yang lebih peka terhadap perubahan hoemonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.
Manifestasi klinis
Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa irritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pda mammae dsb. Sedangka pada kasus yang berat terapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan penigkatan gejala-gejala fisik tsb di atas.
Penatalaksanaan
- Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 sampai 10 hari sebelum haid.
- Metiltestosteron 5 mg sebagai tablet isap selama 7 hari.
- Pemberian diuretik selama 5 hari dapat bermanfaat.
- Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari dikurang selama 7-10 hari sebelum haid.
- Psikoterapi suportif.
o DISMENORE
Definisi
Nyeri menjelang atau selama haid/menstruasi.
Nyeri ini terasa di perut bagian hawah dan atau di daerah bujur sangkar Michaelis. Nyeri dapat terasa sebelum, selama dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus menerus.
Nyeri diduga karena kontraksi.
Etiologi :
- Dysmenorrhoe primer : sejak menarche, haid nyeri dan tidak ada kelainan dari alat kandungan.
- Dysmenorrhoe sekunder : terjadi kemudian, biasanya terdapat kelainan seperti endometriosis dan infeksi kronik genetalia interna.
Dysmenorrhoe primer. Sebab :
- psikogen.
- konstitusionil: anaemia, tbc, kelelahan.
- obstruksi : cervix sempit, hyperanteflexio, retroflexio, hypoplasia uteri.
- endokrin
Dysmenorrboe sekunder
Terjadi pada :
- infeksi : nyeri sudah terasa sebelam. haid.
- myoma submucosa, polyp corpus uteri : nyeri bersifat kolik.
- endometriosis : nyeri disebabkan tekanan oleh tumor atau perlekatan-perlekatan. Nyeri masih ada setelah haid berhenti.
- retroflexio uteri fixata.
- gynatresi.
Manifestasi klinis
Dismenore primer :
- Usia muda
- Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
- Sering pada nulipara
- Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik.
- Tidak dijumpai keadaan patologik pelvik
- Hanya terjadi pada siklus haid anovulatorik.
- Sering disertai mual, muntah, kelelahan, dan nyeri kepala.
Dismenore sekunder :
- Usia lebih tua.
- Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur.
- Tidak berhubungan dengan paritas
- Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul
- Nyeri dimulai saat haid dan menigkat bersamaan dengan kelurnya darah.
- Berhubungan dengan kelainan pelvik.
- Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi.
- Seringlaki memerlukan tindakan operatif.
Pentalaksanaan:
Dismenore primer
- psikoterapi.
- analgetika.
- hormonal : pada siklus yang anovulatoar tidak ada dysmenorrhoe jadi kita pergunakan obat-obat yang mencegah ovulasi.
Dimenore sekunder :
Terapi causal.
o PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL
Gangguan siklus :
AMENORRHOE
Definisi
Amenorrhoe ialah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih. Amenorrhoe bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala.
Amenorrhoe primer kita pergunakan bila seorang wanita belum pernah mendapat menstruasi dan tidak boleh didiagnosa sebelum pasien mencapai umur 18 tahun.
Amenorrhoe sekunder ialah hilangnya haid setelah menarche.
Amenorrhoe fisiologis dapat terjadi
- sebelum pubertas
- dalam kehamilan
- dalam masa laktasi : kalau tidak menyusukan haid datang ± 3 bulan post partum, kalau menyusui dalam 6 buIan postpartum.
- dalam menopause.
Etiologi
1. Dysfungsi hypothalamus:
- Idiopatis
- psikogen:
a) reaktif psikogen : kesedihan, pindah lingkungan, kehamilan palsu.
b) anorexia nervosa.
- dengan penambahan berat badan.
- kelainan organis : tumor, trauma, infeksi, proses-proses degeneratif.
2. Dysfungsi hypofise.
- insufisiensi : Sheehan.
- tumor : chromophob, acidophil (acromegali), basophil adenom (Cushing).
- Radang
- proses degeneratif : tbc.
3. Dysfungsi ovarium :
- Kelaninan kongenital : hypoplasia ovarii, syndrom Turner, hermaphroditismus.
- ovarium polykistik (Stein-Leventhal).
- tumor.
4. Perifer: tidak bereaksi.
- endometrium tidak bereaksi misalnya karener kuretase (Asherman syndrom) atau tbc.
5. Penyakit-penyakit lain :
- Penyakit kronis : tbc.
- Penyakit metaabolik : thyroid, pancreas, gl suprarenalis.
- Kelainan gizi
- Kelainan hepar dan ginjal
Amenorrhoe dan Galactorrhoe
Pada beberapa keadaan terdapat amenorrhoe yang disertai galctorrhoe. Keadaan tersebut didapatkan pada keadaan:
1. Syndrom Chiari-Prommel:
Terjadi setelah kehamilan dan merupakan amenorrhoe laktasi yang berkepanjangan. Diduga keadaan ini disebabkan oleh inhibisi dari hormon P.I.F. (prolactin inhibiting factor) dari hypofise.
2. Syndrom Forbes - Albright :
Disebabkan oleh adenoina chromophob.
3. Syndrom Ahoemada-del Costello :
Tak ada hubungan dengan kehamilan atau tumor hypofise. Diduga oleh karena obat-obatan seperti kontrasepsi dan phenotiazin.
Diagnosa
Terapi amenorrhoe sangat, tergantung pada etiologi.
Banyak pemeriksaan dapat membantu kita mencari etielogi amenorrhoe antaranya: smears (sex chromatin). pemeriksaan Rontgen (selia tursica). EEG, BMR dll.
Penatalaksanaan (Terapi)
Terapi diberikan menurut etiologi. Secara umum dapat disebut:
1. Hormon-hormon untuk merangsang ovulasi
Merangsang hyphotalamus, gonadotrophin sebagai substansi, mengadakan rebound phenomen dengan hormon progestin, oral pills.
2. Iradiasi dari ovarium
3. Thyroid: kalau ada hypofungsi gl. Thyreoidea
4. Kesehatan umum harus diperbaiki.
Amenorrhoe karena tbc tidak usah diobati
POLIMENORE
Haid sering datang, jadi siklus pendek, kurang dari 25 hari.
A. Kalau siklus pendek tapi teratur ada kemungkinan :
- stadium proliferasi pendek.
- stadium sekresi pendek.
- keduanya pendek.
Yang paling sering dijumpai ialah pemendekan stadium proliferasi. Kalau siklus lebih pendek dari 21 hari maka kemungkinan besar juga stadium sekresi pendek. Hal ini menyebabkan infertilitas.
B. Siklus yang tadinya normal menjadi pendek.
Gejala ini biasanya disebabkan pemendekan stadium sekresi karena corpus luteum lekas mati.
Ini sering terjadi karena disfungsi ovarium pada :
- climacterium.
- pubertas.
- penyakit (tbc).
Terapi : stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan oestrogen dan stadium sekresi dengan kombinasi estrogen-progesteron.
OLIGOMENORE
Haid jarang, siklus panjang.
Oligomenorrhoe terjadi kalau siklus lebih dari 35 hari. Sering terdapat pada wanita yang asthenis. Oligomenore yang menetap dapat terjadi akibat dari :
- Perpanjangan stadium follikuler.
- Perpanjanqan stadium luteal.
- Kedua stadium di atas menjadi panjang.
Kalau siklus sekonyong-konyong menjadi panjang maka dapat disebabkan oleh :
- Pengaruh psikis
- Pengaruh penyakit : tbc.
Pada umumnya oligomenore yang ovulatoar tidak memerlukan terapi. Kalau mendekati amenore maka dapat diusahakan mengadakan ovulasi.
DD: terhadap kehamilan selalu harus dibuat.
Gangguan Perdarahan :
HIPOMENORE
Hipomenore adalah perdarahan haid dalam jumlah sedikit, ganti pembalut 1-2 kali/hari.
Etiologi :
Kekurangan estrogen maupun progesterone, stenosis hymen, stenosis serviks uteri,sinekia uteri ( sindrom asherman).
Lamanya Perdarahan:
Secara normal haid sudah berhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama dari 7 hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang, Misalnya pada endomeritis, myoma atau carcinoma dari corpus uteri.
MENORRHAGIA
Menorrhagia adalah Pengeluaran darah yang terlalu bunyak biasanya lebih dari 80mL per menses kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi, terjadi pada siklus yang teratur(Menurut Kadir&Lee,2001).
Sebab-sebab:
1. Hypoplasia uteri.
Menurut beratnya, hypoplasia uteri dapat mengakibatkan:
- amenorrhoe (uterus sangat kecil)
- hypomenorrhoe (uterus kecil jadi luka kecil)
- menorrhagia karena tonus otot rahim kurang.
Terapi: uterotonika
2. Astheni.
Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnyu kurang.
Terapi: uterotonika
roborantio
3. Selama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu lelah. Juga karena tonus otot kurang.
4. Myoma uteri.
Menorrhagia pada myoma disebabkan oleh :
- kontraksi otot rahim kurang kuat.
- cavum uteri luas.
- Bendungan pembuluh darah balik.
Terapi: Uterotonika atau operasi
5. Hypertensi.
6. Decompensatio cordis.
7. Infeksi : endometriotis, salpingitis.
Infeksi menyebabkan hyperemia.
8. Retroflexio uteri.
Karena bendungan pembuluh darah balik.
9. Penyakit darah : Werlhoff, Haemofili.
Gangguan lainnya meliputi :
PSEUDOAMENORRHOE, KRYPTOMENORRHOE
Pada keadaan ini haid ada, tapi darah haid tidak keluar karena tertutupnya cervix, vagina atau hymen.
- Gynatresia ini dibagi :
a. Congenital : paling sering terjadi atresia hymenalis dimana hymen tidak berlobang.
b. Acquisita : perlekatan saluran cervix atau vagina karena radang Go, diphteri, partus, senilitas.
Diagnosa
- Nyeri yang siklis ± 5 hari tanpa perdarahan.
Nyeri yang siklis tanpa haid sering disebut molimina menstrualia. Pada pemeriksaan terlihat hymen yang menonjol yang berwarna kebiru-biruan karena darah yang berkumpul dibelakangnya,
Mula-mula darah mengisi vagina (haematokolpos) kemudian terjadi haematometra dan haematosalpinx. Keadaan ini sering menyebabkan tumor abdomen. Keadaan di atas dapat menimbulkan retentio urinae.
I'erapi :
Pada atresia hymenalis dilakukan insisi dan eksisi sebagian hymen. Karena darah tua ini merupakan medium yang baik untuk kuman-kuman maka operasi ini harus dilakukan dengan steril.
- PERDARAHAN BUKAN HAID
Metrorrhagi
Metrohargi ialah perdarahan dari vagina yang tidak teratur dan yang tidak ada hubungan dengan haid( perdarahan diluar haid). Dapat dibagi sbb:
1. Metrorrhagi yang disebabkan oleh adanya kehamilan seperti
- Abortus
- kehamilan ektopik.
2. Metrorrhagi di luar kehamilan.
Metrorrhagi di luar kehammilan.
Penyebab:
A. Karena luka yang tidak sembuh.
- Carcinoma dan corpus uteri
Biasanya terjadi pada wanita dalam menopause. Lebih sering pada wanita tanpa anak. Fluor albus: bercampur darah.
Diagnosa: denqan kuret percobaan.
- Carcinoma cervicis (portionis) uteri.
Pada wanita mendekati climacterium.
Lebih sering terdapat pada wanita yang mempunyai anak banyak.
Lebih sering teredapat pada carcinoma corporis uteri,
Diagnosa
Diagnosa dini hanya dengan sitologi.
Kalau sudah lanjut dapat teraba dengan toucher atau dapat dilihat in speculo. Eksisi percobaan menentukan diagnosa.
- Carcinoma dari vulva atau vagina.
Jarang sebagai tumor primer,
Terjadi pada wanita dalam menopause.
Ulcus vulva atau vagina pada wanita tua harus dicurigai terhadap kemungkinan adanya carcinoma. Diagnosa pasti dengan eksisi percobaan.
- Tumor ganas lain : sarcoma, choriocarcinoma.
- Erosio portionis.
Terdapat daerah yang merah menyala pada portio yang mudah berdarah.
Disebabkan karena epitel gepeng bertapis banyak dari portio diganti oleh epitel silindris dari endocervix.
DD: dengan carcinoma dari portio, maka harus dibuat eksisi percobaan.
Terapi : erosio portionis diobati dengan nitras argentii 10 – 20%, Albothyl.
- Myoma submucosa, polyp atau decubitus ulcus uleh pessarium.
B. Peradangan yang haemorrhagis.
- Endometritis haemorrhagica seperti pada endometritis senilis, endometritis postpartum. Perlu dilakukan kuretase untuk diagnosa maupun terapi.
- Kolpitis haemorrhagica seperti pada kolpitis senilis. Terapi : substitusi terapi dengan oestrogen.
C. Hormonal.
Metrorrhagi dapat juga dibagi sbb.:
- Perdarahan anatomis ialah perdarahan yang disebabkan karena ada kerusakan pada tractus genitalis seperti pada sebab-sebab yang telah dibahas di atas.
- Perdarahan fungsional atau dysfungsional yang tidak ada hubungannya dengan tumor, peradangan atau kehamilan.
Perdarahan Fungsional
Dapat terjadi pada setiap umur pada wanita yang dewasa tapi yang tersering terdapat pada masa pubertas dan climacterium. Nama lain metrophathia haemorrhagica cystica atau follikel persistens (Schroder).
Perdarahan fungsional dapat dibagi :
a) perdarahan anovulatoar (yang tersering).
b) perdarahan ovulatoar.
DD : Dapat dibuat dengan curettage percobaan dalam stadium sekresi atau dengan kurve suhu basal,
a) Perdarahan anovulatoar.
Etiologi:
1) Sentral : psychogen, neurogen, hypofiser.
2) Periter : ovarial (tumor atau ovazium yang polykistik).
3) Konstitusionil : kelainan gizi, metabolic, penyakit akut atau kronis
b) Perdarahan ovulatoar.
Perdarahan yang ovulatoar harus dianggap organis kecuali kalau ada bukti-bukti yang bertentangan.
Etiologi :
- corpus luteum persistens (penyakit Halban)
- kelainan pelepasan endometrium.
- hypertensi.
- kelainan darah.
- penyakit akut atau kronis.
Terapi
- kuretase.
- hormonal (progestin) pada wanita yang masih muda dan kalau perdarahannya anovulatoar; hysterektomi pada wanita tua.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DISMENORE
1. Pengkajian
Pada anamnese hal-hal yang perlu diperhatikan :
- keluhan utama
- anamnesa keluarga
- riwayat penyakit yang lalu
- riwayat obstetri
- menstruasi
- seksual
- riwayat kontrasepsi
- selain itu perawat harus mengkaji :
- persepsi wanita terhadap kondisinya,budaya atau pengaruh kesukuan
- pengalaman dengan tenaga kesehatan
- lifestyle
- mekanisme koping.
- Pengalaman nyeri; Frekuensi nyeri dan efeknya terhadap aktivitas sehari
- obat yang biasa digunakan untuk menghilangkan nyeri.
- Gejala harian,emosi,tingkah laku,gejala pisik,diet dan pola istirahat.
2. Diagnosa keperawatan
o Resiko tinggi terhadap ineffektif koping individu atau keluarga b.d
- kurangnya pengetahuan terhadap penyebab gangguan
- emosional,dan efek fisiologis gangguan
o Nyeri berhubungan dengan gangguan menstruasi
3. Intervensi :
- Resiko tinggi terhadap ineffektif koping individu atau keluarga b.d
- kurangnya pengetahuan terhadap penyebab gangguan
- emosional,dan efek fisiologis gangguan
Tujuan : koping individu efektif
Kriteria hasil :
- menyatakan secara lisan pemahamannya tentang anatomy reproduksi ,penyebab gangguan, dan pengobatan.
- perempuan (pasangan)dapat mengerti dan menerima respon emosional dan fisik yang terjadi saat siklus menstruasi berlangsung.
Intervensi :
- kaji pemahaman klien tentang gangguan yang terjadi.
- berikan informasi seakurat mungkin yang mudah dimengerti oleh klien.
- berikan dukungan emosional untuk memudahkan klien agar bersikap positif.
o Nyeri berhubungan dengan gangguan menstruasi
Tujuan :nyeri terkontrol
Kriteria hasil :
- klien dapat melakukan sendiri terapi relaksasi.
- klien cepat dapat beradaptasi dengan kondisinya.
Intervensi
- ajarkan penggunaan kompres hangat untuk meringankan kram abdomen. Panas bekerja dengan pedoman meningkatkan vasodilatasi dan otot relaksasi,saat menurnnya iskemic uterus.
- Doronglah latihan. Latihan meningkatkan vasodilatasi dan pelepasan beta endorphins yang akan menekan produksi prostaglandin dan penurunan persepsi terhadap nyeri.
- Lakukan pijatan punggung bawah untuk mengurangi nyeri dengan relaksasi otot vertebra dsn menigkatkan suplai darah. Banyak perempuan yang mengdapatkan hal positif dengan yoga, biofeedback, meditasi, dan relaksasi therapy.
- beritahukan asupan nutrisi yang baik :
1. Menurun masukan sodium selama seminggu sebelum mens untuk mengurangi resiko retensi cairan.
2. tingkatkan asupan serat untuk mencegah konstipasi, yang dapat memperburuk gejala.
Kolaborasi :
- pemberian obat seperti penghambat sintesa prostaglandin ( PGSI), ibuprofen ( Motrin), naproxen sodium ( Anaprox) dan ibuprofen setidaknya 48 jam sebelum terjadi menstruasi.
- Kontrasepsi oral dapat diberikan jika klien menginginkan kontrasepsi sebagai pembebas nyeri.OC's mencegah ovulasi, menurunkan jumlah darah haid, yang mengurangi jumlah prostaglandin dan dysmenorrhea.
- Pengobatan dan Penurunan nyeri pada dismenore sekunder tergantung kondisi patologik.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap perempuan dimanapun berada berpotensi mengalami perdarahan dan gangguan menstruasi, namun tergantung pada koping atau respon fisiologis individu agar dapat beradaptasi dengan kondisinya. Kritis terhadap apa yang dialami sebagai wujud deteksi dini terhadap kemungkinan yang patologis. Konsultasi dan pemeriksaan ginekologi dengan ahlinya akan memudahkan kita dalam mengetahui kondisi organ reproduksi serta penengan segera kondisi yang mungkin patologis.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro,Hanifa.1994. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Mansjoer, Arief.2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.jakarta: media aesculapius FKUI.
Manuaba, Ida Bagus Gde.1999.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:Arcan.
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD Bandung.1981. Ginekologi. Bandung :Elstar Offset.
Bobak, Irene M.1995. Maternity Nursing. Mosby
Pillitery, Adelle. 2003. Maternal & Child Health Nursing 4th ed.Philadelpia:Adelle Pillitery.
http://www.muw.edu/nursing/tupelo/419Women'sHealth.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar