Sabtu, 22 November 2008

konsep diri

BAB 1

Pendahuluan

Diri ( self ) adalah hubungan kita yang paling intim, jelasnya salah satu dari aspek terpenting pengalaman hidup kita, namun yang paling sulit didefinisikan. Apa yang kita pikir dan kita rasakan tentang diri kita mempengaruhi perawatan yang kita berikan pada diri kita secara fisik dan emosional dan perawatan yang kita berikan pada orang lain. Orang dengan konsep diri rendah tidak menghargai perawatan dan sering tidak mencari bantuan untuk kesehatan fisik dan emosional.

Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saar usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri. Jika seorang anak mempunyai masa kanak- kanak yang aman dan stabil, maka konsep diri masa remaja anak tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil ( marsh, 1990 ). Ketidaksesuaian aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber stress atau konflik.

Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai jeyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep diri. Perawatan di rumah sakit, penyakit, dan pembedahan, perpisahn dari keluaraga, dan faktor lainnya dapat juga mempengaruhi konsep diri. Misalnya amputasi anggota gerak arau payudara dapat mengakibatkan perubahan citra tubuh. Adaptasi terhadap kejadian di atas termasuk mengintegrasikan perubahan tubuh ke dalam konsep fisik diri yaitu citra tubuh. Penyakit kronis dapat mempengaruhi kemampuan untuk memberikan dukungan finansial, oleh karenanya juga mempengaruhi nilai diri dan peran dalam keluarga. Perubahan ini dapat mengganggu konsep diri.

BAB II

Pembahasan

1. Konsep diri

1. Pengertian

ð konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri ( misalnya « saya kuat dalam matematika « ) (wigfield & karpathian, 1991 )

ð konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar.

ð Konsep diri adalah representasi fisik seorang individu, pusat inti dari « aku « dimana semua persepsi dan terorganisasi.

ð Konsep diri dikembangkan melalui proses yang kompleks yang melibatkan banyak variabel. Keempat komponen konsep diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri, dan peran.

ð Konsep diri adalah kombinasi dinamis yang dibentuk selama bertahun –tahun dan didasarkan pada hal – hal berikut :

1. reaksi orang lain terhadap tubuh seseorang

2. persepsi berkelanjutan tentang reaksi orang lain terhadap diri

3. hubungan dengan diri dan orang lain

4. struktur kepribadian

5. persepsi terhadap stimulus yang mempunyai dampak pada diri pribadi

6. pengalaman baru atau sebelumnya

7. perasaan saat ini tentang fisik, emosional, sosial diri

8. harapan tentang diri

konsep diri memnberiakn kontinuitas, keutuhan dan konsistensi pada seseorang. Konsep diri yang sehat mempunyai tingkat kestabilan yang tinggi dan membangkitkan perasaan negatif atau positif yang ditujukan pada diri.

2. Komponen Konsep Diri

ð Identitas

Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan, konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dalam berbagai situasi. Konsep tentang identitas mencakup konstansi dan kontinuitas. Identitas menunujukkan perbedaan diri kita dengan orang lain dan terpisah dari orang lain, namun menjadi diri yang utuh dan unik.

Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang intim karena identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan dengan orang lain. Seksualitas adalah bagian dari identitas seseorang. Identitas seksual adalah gambaran seseorang tentang diri sebagai pria atau wanita dan makna dari gambaran ini.gambaran ini dan maknanya bergantung pada nilai yang ditetapkan secara kultural yang dipelajari melaui sosialisasi.

ð Citra tubuh

Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal.persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditunjukkan pada tubuh. Citra rubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi pandangan orang lain.

ð Harga diri

Harga diri berdasarkan faktor eksternal dan internal. Harga diri atau rasa kita tentang nilai-diri ; rasa ini adalah suatu evaluasi dimana seseorang membuat atau mempertahankan diri.

Harga diri dapat dipahami dengan memikirkan hubungan antara konsep diri seseorang dengan diri ideal. Diri ideal terdiri atas aspirasi, tujuan, nilai dan standar prilaku yang dianggap ideal dan diupayakan untuk dicapai.secara umum orang yang konsep dirinya hampir memenuhi diri ideal mempunyai harga diri yang tinggi, dan sebaliknya.

Evaluasi diri adalah proses mental yang berkelanjutan. Nilai diri atau harga diri adalah kebutuhan dasar manusia menurut hirarki maslow. Orang perlu merasa berharga dalam hidupnya.

ð Peran

Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas, dan kultur. Prilaku didasarkan pada pola yang ditetapkan melaui sosialisasi dimulai tepat setelah lahir, ketika bayi berespon terhadap orang dewasa dan orang dewasa berspons terhadap prilaku bayi. Anak belajar perilaku yang diterima oleh masyarakat melaui proses berikut :

1. Reinforcement-extinction : perilaku tertentu menjadi umum atau dihindari, tergantung pada apakah perilaku ini diterima dan diharuskan atau tidak diperbolehkan, dan jika melanggar akan dihukum.

2. Inhibisi : seseorang anak belajar memperbaiki prilaku, bahkan ketika berupaya melibatkan diri mereka.

3. Imitasi : seseorang anak mendapatkan pengetahuan, keterampilan atau perilaku dari anggota sosial atau kelompok sosial.

4. Substitusi : seorang anak menggantikan satu perilaku dengan perilaku lainnya, yang memberikan kepuasaan yang sama.

5. Identifikasi : seorang anak menginternalisasikan keyakinan, perilaku, dan nilai dari model peran ke dalam ekspresi diri yang unik dan personal.

Selama sosialisasi, anak umumnya mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk berfungsi dalam banyak peran yang berbeda. Sosialisasi yang tidak berhasil adalah ketidakmampuan untuk berfungsi seperti yang dapat diterima oleh nilai masyarakat.

3. Stresos mempengaruhi konsep diri

Stresor mempengaruhi kapasitas adaptif seseorang. Selye ( 1956 ) menyatakan bahwa stress adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil spesifik tindakan seseorang atau respons khas terhadap sesuatu.

Stresor yang mempengaruhi konsep diri :

1. Stresor Identitas

Identitas didefinisikan sebagai pengorganisasian prinsip dari sistem kepribadian yang bertanggungjawab terhadap kesatuan, kontinuitas, keunikan, dan konsistensi dari kepribadian ( stuart & sundeen, 1991 ). Identitas dipengaruhi oleh stressor sepanjang hidup. Masa remaja adalah waktu dimana banyak terjadi perubahan, yang menyebabkan ketidakamanan dan ansietas. Remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional, dan mental akibat peningkatan kematangan. Stresor dapat timbul pada setiap area itu atau sebagai akibat dari konflik di antara mereka.

Seorang dewasa biasanya mempunyai identitas yang lebih stabil dan karenanya konsep diri berkembang lebih kuat. Stresor kultural dan sosial dibanding stresor personal dapat mempunyai dampak lebih besar pada identitas orang dewasa.

2. Stresor Citra Tubuh

Perubahan dalam penampilan, struktur, atau fungsi bagian tubuh akan membentuk perubahan dalam citra tubuh.perubahan dalam penampilan tubuh, seperti amputasi atau perubahan penampilan wajah, adalah stresor yang sangat jelas mempengaruhi citra tubuh.

Makna dari kehilangan fungsi atau perubahan dalam penmpilan dipengaruhi oleh persepsi individu tentang perubahan yang dialaminya. Citra tubuh terdiri atas elemen ideal dan nyata. Seseorang dengan perubahan citra tubuh, seperti mereka yang mengalami perubahan wajah, sering merasa ditolak dan terasing.

3. Stresor Harga Diri

Banyak stresor yang mempengaruhi harga diri seseorang misalnya, ketidakmampuan seorang anak untuk memenuhi harapan orang tua, kritik yang tajam, hukuman yang tidak konsisten, persaingan antar saudara sekandung dan kekalahan berulang dapat menurunkan tingkat nilai diri.

Namun demikian perubahan mendadak dalam kesehatan lebih mungkin menciptakan situasi krisis. Makin kronis suatu penyakit yang mengganggu kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas yang menunjang perasaan berharga atau berhasil, maka makin besar pula pengaruhnya terhadap harga diri.

4. Stressor Peran

Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara sosial yang berkaitan dengan fungsi seorang individu dalam berbagai kelompok sosial ( stuart & sundeen, 1991 ). Sepanjang hidup orang mengalami perubahan peran. Perubahan normal berkaitan dengan pertumbuhan dan maturasi mengakibatkan transisi perkembangan, sedangkan transisi situasi tercipta karena adanya perubahan situasi yang mengakibatkan individu harus berganti peran atau berperan ganda dan transisi sehat-sakit adalah gerakan dari keadaan sehat atau aejahtera ke arah sakit atau sebaliknya. masing – masing dari transisi ini dapat mengancam konsep diri, yang mengakibatkan konflik peran, ambiguitas peran, dan ketegangan peran.

ð Konflik peran

Adalh tidak adanya kesesuain harapan peran ( broadweel, 1983 ). Jika seseorang diharuskan untuk secara bersamaan menerima dua peran atau lebih yang tidak konsisten, berlawanan, atau sangat eksklusif, maka dapat terjadi konflik peran.misalnya wanita setengah baya yang mempunyai anak remaja dan harus merawat orang tuanya di rumah, konflik dapat terjadi ketika ia berinteraksi dengan mereka secara bersamaan sebagai pemberi perawatan dan sebagai anak.

ð Ambiguitas peran

Ambiguitas peran mencakup harapan peran yang tidak jelas. Ketika terdapat ketidakjelasan harapan, maka orang menjadi tidak pasti apa yagn harus dilakukan, bagaimana harus melakukannya, situasi sperti ini sering membingungkan dan menegangkan. Ambiguitas peran umunya terjadi di masa remaja. Remaja mendapat tekanan dari orang tua, teman sebaya, untuk menerima peran seperti orang dewasa, namun tetap dalam perna sebagai anak yang tergantung.

ð Ketegangan peran

Perpaduan antara konflik peran dan ambiguitas peran. Ketegangan peran dapat diekspresikan sebagai perasaan frustasi ketika seseorang meras tidak sesuai dengan peran. Ketegangan peran sering berkaitan dengan stereotip peran jender ( stuart & sundeen, 1991 )

Konsep diri dapat berubah akibat stresor yang mempengaruhi identitas, citra tubuh, harga diri dan peran. Stresor ini dapat juga mempengaruhi kesehatan. Jika individu tidak mampu beradaptasi dengan stresor demikan, kesehatan mereka juga mungkin beresiko. Jika terjadi kebingungan identitas, citra tubuh terganggu, harga diri rendah, konflik, ketegangan, atau ambiguitas peran yang terjadi tidak teratasi, maka dapat terjadi penyakit. KESEHATAN






Up Arrow: Stresor fisik & emosional


Cloud Callout: Gambar ; Bagaimana stresor mempengaruhi konsep  diri








Flowchart: Alternate Process: Konsep diri :  identitas  Citra tubuh Harga diri Fungsi peran


Down Arrow: Stresor fisik & emosional


PENYAKIT

4.Efek keluarga pada perkembangan konsep diri

Keluarga memainkan peran penting dalam menciptakan dan mempertahankan konsep diri anggotanya. Anak – anak belajar dari orang tua dan saudara – saudara kandungnya rasa mendasar tentang siapa mereka dan bagaimana mereka diharapkan untuk hidup.

5.Penatalaksanaan Keperawatan

· Menciptakan lingkungan terapeutik

Kilen membutuhkan lingkungan yang aman, tidak menghakimi, dan mendukung.

· Membina hubungan terapeutik

Tunjukkan perasaan penerimaan dan rasa saling percaya terhadap induvidu (klien), menciptakan rasa harmoni dengan cara yang hangat, ramah, senyum yang sesuai, dan kontak mata.

· Mendukung ekplorasi diri

Dorongan eksplorasi diri klien dengan menerima perasaan dan pikiran klien, dengan membantu klien mengklarifikasi interaksi dengan orang lain, dan dengan bersikap empati.

2.Kehilangan dan keperawatan

Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan signifikan yang membutuhkan adaptasi melalui proses berduka. Kehilangan terjadi ketika sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi ditemui, diraba, didengar, diketahui, atau dialami. Tipe dari kehilangan mempengaruhi tingkat stres. Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak menimbulkan stres yang sama ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita. Namun demikian, setiap individu berespon terhadap kehilangan secara berbeda.

Tipe kehilangan penting artinya untuk proses berduka ; namun perawat mengenali bahwa setiap interpretasi seseorang tentang kehilangan sangat bersifat individualitas.

Kehilangan dapat bersifat aktual atau dirasakan. Kehilangan yang bersifat aktual dapat dengan mudah diidentifikasi, kehilangan yang dirasakan kurang nyata dan dapat disalahartikan, seperti kehilangan kepercayaan diri atau prestise. Makin dalam makna dari apa yang hilang, maka makin besar perasaan kehilangan tersebut.

Kehilangan maturasional ( kehilangan yang diakibatkan oleh transisi kehidupan normal untk pertama kalinya ), kehilangan situasional ( kehilangan yang terjadi secara tiba – tiba dalam merespons kejadian eksternal spesifik seperti kematian mendadak dari orang yang dicintai ), atau keduanya.

Kehilangan dapat dikelompokan kedalam lima kategori : perawat merawat klien yang mengalami benyak tipe khilangan seperti klien yang dirawat di rumah sakit yang mengalami banyak kehilangan termasuk kesehatan. Kemandirian kontrol terhadap lingkungannya, dan keamanan finansial. Kehilangan mengacam konsep diri, harga diri, keamanan, dan rasa makna diri. Perawat harus mengenali makna dari setiap kehilangan bagi klien dan dampaknya pada fungsi fisik dan psikologi.

1. Kehilangan Objek Eksternal

kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang, berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam

2. Kehilangan Lingkungan Yang Telah Dikenal

kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal mencakup meninggalkan lingkungan yang telah dikenal selama periode tertentu atau kepindahan secara permanen. Contohnya termasuk pindah pekerja baru, atau perawat dirumah sakit.

3. Kehilangan Orang Terdekat

orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak – anak, saudara sekandung, guru, pendeta, teman, tetangga, dan rekanan kerja.

4. Kehilangan Aspek Diri

kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau psikologis. Kehilangan bagian tubuh dapat mencakup anggota gerak, mata, rambut, gigi, atau payudara. Kehilangan fungsi fisiologis mencakup kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, mobilitas, kekuatan atau fungsi sensoris. Kehilangan fungsi psikoogis termauk kehilangan ingatan, rasa humor, harga diri, percaya diri, kekuatan, respeks, atau cinta. Kehilangan aspek diri ini dapat terjadi akibat penyakit, cidera, atau perubahan perkembangan atau situasi. Kehilangan seperti ini dapat menurunkan kesejahteraan individu.

5. Kehilangan Hidup

Seseorang yang menghadapi kematian menjalani hidup, merasakan, berpikir, dan merespons terhadap kejadian dan orang sekitarnya sampai terjadinya kematian.

3.ASPEK SPIRITUAL

Kesejahteraan spiritual adalah suatu aspek yang terintegrasi dari manusia secara keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan harapan ( Clark et al, 1991 ). Spiritualitas memberi dimensi luas pada pandangan holistik kemanusiaan. Agar perawat dapat memberikan perawatan yang berkwalitas, mereka harus mendukung klien seperti halnya ketika nereka mengindentifikasi dan mengeksplorasi apa yang sangat bermakna dalam kehidupan mereka dan ketika mereka menemukan cara untuk mengaptasi nyeri dan menderita penyakit. Keperawatan membutuhkan spiritual. setiap perawat harus memahami tentang spiritualItas dan bagaimana keyakinan spiritual mempengaruhi kehidupan setiap orang

SPIRITUALITAS

Perlunya suatu makna mengalir dalam pada diri setiap orang. Kepentingan yang mendalam tentang makna ini dikaitan dengan spiritualitas. Spiritualitas sangat sulit untuk diidentifikasi. Kata – kata yang digunakan untuk menjabarkan spiritualitas termasuk makna, transenden, harapan cita, kualitas, hubungan dan eksistensi ( Emblen 1992 ). Farran et al. ( 1989 ) menyarankan bahwa definisi spiritualitas, atau dimensi spiritul, akan unik begi setiap individu. Definisi individual tentang spiritual dipengaruhi oleh kultur, perkembangan dan pengalaman hidup, dan ide-ide mereka sendiri tentang hidup. Barangkali ambiguitas dalam mendefenisikan spiritual menunjukkan kemaknaanya. Meskipun spiritual sulit untuk didefinisikan, terdapat dua karakteristik penting tentang spirualitas yang disetujui oleh sebagian penulis : (1) spiritualitas adalah kesatuan tema dalam kehidupan kita (2) spiritualitas merupakan keadaan hidup. Farran et.al. (1989) menggunakan definisi fungsional spiritualitas “komitmen tertinggi individu, yang merupakan prinsip yang paling komprehensif dari perintah, atau nilai final yaitu argumen yang sangat kuat yang diberikan pilihan yang dibuat dalam hidup kita.

Pandangan Teoritis Tentang Spiritual

Filosofi : Memberikan pemahaman yang luas tentang dimensi spritual. Dari pandangan filosofi, perawat dapat meneliti esensi, asal, sifat, dan nilai keyakinan spiritual seseorang. Filosofi membantu seseorang meneliti keyakinan seseorang.

Teologi : Pandangan ini membantu perawat mencapai pemahaman tentang keyakinan seseorang mengenai sifat Tuhan atau menghargai kehidupan yang lebih tinggi. Teologi membentuk keyakinan seseorang tentang hidup dan makna dari pengalaman ini.

Fisiologi : Pandangan fisiologis tentang spiritualitas membantu perawat untuk memahami interaksi yang terjadi antara tubuh, pikiran dan spirit dalam sehat dan sakit.

Psikologi : Pandangan psikologis memberi perawat suatu pemahaman tentang proses mental seorang pengalaman, dan emosi serta peran spiritualitas yang dimainkan dalam ekspresinya. Perawat harus mencerna pada apa yang memberi makna hidup pada klien, kemana klien mencari pedoman, dan dari sumber apa klien mendapat dorongan dan harapan.

Sosiologi : Semua orang dipengaruhi oleh masyarakat atau kelompok dimana mereka hidup. Pandangan ini membantu per awat memahami pentingnya individu dan kelompok menempatkan hubungan dengan sesseorang yang mempunyai keyakinan serupa. Pandangan ini juga menunjukkan kepentingan dan makna yang dimiliki ritual dan praktik bagi individu dan kelompok.

Kesehatan Spiritual

Kesehatan Spiritual atau kesejahteraan adalah “rasa ke harmonisan saling kedekatan antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan yang tertinggi” (Hungelmann et.al.1985). rasa keharmonisan ini dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara nilai, tujuan, dan sistem keyakinan mereka dengan hubungan mereka di dalam diri mereka sendiri dengan orang lain. Pada saat terjadi stres, penyakit, penyembuhan, atau kehilangan seseorang mungkin berbalik ke cara-cara lama dalam merespon atau menyesuaikan dengan situasi. Sering kali gaya koping ini terdapat dalam keyakinan atau nilai dasar orang tersebut. Keyakinan ini sering berakar dalam spiritualitas orang tersebut. Sepanjang hidup seorang individu mungkin tumbuh lebih spiritual, mejnadi lebih menyadari tentang makna, tujuan, dan nilai hidup.

Spiritualitas dimulai ketika anak-anak belajar tentang diri mereka dan hubungan mereka dengan orang lain. Banyak orang dewasa mengalami pertumbuhan spiritual ketika memasuki hubungan yang langgeng. Kemampuan untuk mengasihi orang lain dan diri sendiri secara bermakna adalah bukti dari kesehatan spiritualitas.

Masalah Spritual

1. Penyakit Akut

Penyakit yang mendadak, tidak diperkirakan, yang menghadapkan baik ancaman langsung atau jangka panjang terhadap kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan klien, dapat menimbulkan distres spiritual yang bermakna.

2. Penyakit Kronis

Seseorang dengan penyakit kronis sering menderita gejala yang melumpuhkan dan mengganggu kemampuan untuk melanjutkan gaya hidup normal mereka. Kemandirian dapat sangat terancam, yang menyebabkan ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh. Ketergantungan pada orang lain untuk mendapat perawatan diri rutin dapat menimbulkan perasaan yang tidak berdaya dan persepsi tentang penurunan kekuatan batiniah. Kekuatan tentang spiritualitas seseorang dapat menjadi faktor penting dalam seseorang menghadapi perubahan akibat penyakit kronis. Keberhasilan dalam mengatasi perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis dapat menguatkan seseorang secara spiritual. Mereka yang kuat secara spiritual akan membentuk kembali identitas diri dan hidup dalam potensi mereka.

3. Penyakit Terminal

Klien dengan penyakit terminal mempunyai persepsi dalam keadaan tidak sehat, persepsi tersebut bukan karena penyakitnya tetapi karena sedang tidak mampu menjalani hidup mereka dengan sempurna dan tidak mampu melakukan hal – hal yang mereka inginkan. Penyakit terminal umumnya menyebabkan ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan, kematian dan ancaman terhadap integritas ( Turner et al, 1995 ).

4. Individuasi

Individuasi adalah pengalaman manusia yang umum yang ditandai oleh kebingungan konflik, keputusasan, dan perasaan hampa. Psikolog carl jung ( storr, 1983 ) menggambarkan proses individuasi seseorang sebagai krisis pertengahan hidup, individuasi umum dialami pada individu di usia baya. Individuasi mungkin didahului oleh rasa kekosongan dalam hidup atau kurang kemampuan untuk memotivasi diri.

5. Pengalaman Mendekati Kematian ( NDE/ near-death experience )

Perawat Mungkin Menghadapi Klien Yang Telah Mempunyai Pengalaman Mendekati Mati ( NDE / Near-Death Experince ). NDE Telah Didefinisikan Sebagai Fenomena Psikologis Tentang Individu Yang Baik Telah Sangat Dekat Dengan Kematian Secara Klinis Atau Mungkin Telah Pulih Setelah Dinyatakan Mati. Klien Yang Telah Mengalami NDE sering enggan untuk mendiskusikan hal ini, karena mereka berpikir bahwa keluarga atau pemberi perawatan kesehatan tidak dapat memahami. Isolasi dan depresi dan depresi dapat terjadi akibat tidak diceritakannya pengalaman atau menerima penghakiman dari orang lain ketika mereka menceritakannya. Dan mereka yang dapat mendiskusikannya dengan keluarga dan atau pemberi perawatan kesehatan, menemukan keterbukaan pada kekuatan pengalaman mereka seperti yang dilaporkan. Mereka secara konsisten melaporkan after effec yang positif, termasuk sikap positif, perubahan nilai, dan perkembangan spiritual ( Turner, 1995 ). Bila klien dapat hidup setelah mengalami henti jantung-paru, penting artinya bagi perawat untuk tetap terbuka dan emmberi kesempatan kepada klien untuk menggali apa yang sudah terjadi.

Peningkatan Ketenangan Spiritual. Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekadar meminta kunjungan rohaniawan. Perawat dapat memberi dukungan kepada klien dalam mengekpresikan filosofi kehidupan. Stresor mempengaruhi kapasitas adaptif seseorang. Selye ( 1956 ) menyatakan bahwa stress adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil spesifik tindakan seseorang atau respons khas terhadap sesuatu.

nilai dan keyakinan yang berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat membantu klien dengan mendengarkan dan mendorong klien untuk mengekpresikan tentang nilai dan keyakinan. Klien menjelang ajal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Klien menjelang ajal dapat merasa bersalah jika hidup mereka dianggap sebagai tidak bermakna. Klien mungkin minta pengampunan, baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga. Cinta dapat dengan baik diekpresikan melalui perawatan yang tulus dan penuh simpati.

Perawat atau keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan keterampilan komunikasi, mengekpresikan empati, berdoa dengan klien, membaca literatur yang memberi inspirasi, dan memainkan musik. Doa hanya ditawarkan jika diminta oleh klien atau keluarga.


I

Penutup

Kesimpulan

Konsep diri dikembangkan melalui proses yang kompleks yang melibatkan banyak variabel. Keempat komponen konsep diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri, dan peran.

Stresor mempengaruhi kapasitas adaptif seseorang. Selye ( 1956 ) menyatakan bahwa stress adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil spesifik tindakan seseorang atau respons khas terhadap sesuatu.

Keluarga memainkan peran penting dalam menciptakan dan mempertahankan konsep diri anggotanya. Anak – anak belajar dari orang tua dan saudara – saudara kandungnya rasa mendasar tentang siapa mereka dan bagaimana mereka diharapkan untuk hidup.

Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan signifikan yang membutuhkan adaptasi melalui proses berduka. Kehilangan terjadi ketika sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi ditemui, diraba, didengar, diketahui, atau dialami.

Perawat atau keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan keterampilan komunikasi, mengekpresikan empati, berdoa dengan klien, membaca literatur yang memberi inspirasi, dan memainkan musik. Doa hanya ditawarkan jika diminta oleh klien atau keluarga.

Daftar Pustaka

Potter dan perry. 2005. Keperawatan Fundamental Edisi 4. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar: